Selasa, 27 Desember 2011

@matakarerina #1


Oh tuhan !
Apa ini ???
Materi yg melimpah ruah disini .
APALAH ARTINYA EMAS, PERAK, BERLIAN INI ???
Tanpa satu yg kumau dr kecil,
KEBEBASAN !

Mereka bilang aq sempurna.
Mereka bilang aq tinggal sebut.
Mereka bahkan ingin MENJADI AKU.
Maka JADILAH AKU !
Aq malah tak ingin semua ini,
Tanpa KEBEBASAN ini seperti yg ada dalam kiasan,
SANGKAR EMAS.
Namaku Karerina Hulian.
Keseharianku tidak biasa
Tidak seperti anak perempuan biasanya.
Sarapan bersama orangtua,
Berpamitan pergi ke sekolah dan berteman,
Sesekali bermain bersama teman di akhir pekan hingga petang
Atau sekedar minum teh bersama di salahsatu rumah teman
AKU TIDAK SEPERTI ITU !
Sekolahku di privasikan,
Orang umum menyebutnya home schooling .
YA! Guruku datang ke rumahku,
Dan memang ada ruang kecil untuk kelas kami belajar.
Rumahku memang sedikit berlebihan dibanding rumah-rumah di kotaku
Kuceritakan sedikit tentang keluargaku,
Papaku adalah seorang yang ternama,
Ia pebisnis handal .
Ia tersohor di kota kecil kami
Sedangkan mamaku seorang ibu rumah tangga yang baik
Tidak ada yg cacat tentang keluargaku hingga pd hari itu . . .
Kakak lelakiku yang memang agak nakal berontak
Ia tidak setuju ttg papa yang membatasi ruang geraknya padahal ia sudah dewasa ( 20 thn, red)
Lalu kakak hendak minggat
Saat itu hujan besar disertai beberapa kilat.
Aq yang masih berumur 7 tahun dijaga oleh suster pribadi kluargaku,
Sementara papa mama berusaha mengejar kakak dg mengendarai mobil klasik papa
Jalanan di kota kami di beberapa area masih terjal dan bila hujan sangat licin
Kakak yang sedang kalap tidak menyadarinya.
Hingga ia terperosok,
Menabrak bongkah batu besar di tepi kota.
Papa dan mama membawanya ke rumahsakit.
Tapi kata orang2,
Kakakku sudah terlalu banyak mengeluarkan darah.
Tuhan mengambilnya......
Kakakku sayang telah menjadi malaikat tuhan saat aq berumur 7 tahun.
Sememnjak itu,
Mama agak murung.
Mama sering terlihat di kamar kakak,
Terduduk di kursi tempat kakak biasa mengerjakan gambar2nya yg luar biasa bagus.
Kakakku seorang seniman. Murid seni tepatnya.
Hingga akhirnya mama sakit...
Kata dokter mamaku depresi,
Papa sibuk mengbati mama. . .
Tp mama lemah.
Suatu malam di saat (seharusnya bila kakak masih hidup) kakak berumur 23 tahun,
Terdengar suara keras di ruang kerja papa.
Seisi rumah melihat kesana,
Dan . . .
Aq melihat mama tergeletak dengan sunggingan senyum di bibir merahnya
Semerah darah di kepalanya. . .
Mama mematik pistol darurat papa tepat di kepalanya.
Papa berusaha menahan syok nya dan menutup mataku yg berlinang tangis.
Aq menjerit keras. Keras sekali.
Itulah malam terakhir aq bersuara di depan papa, orang2 nyata . . . .
Lain lagi dengan papaku,
Tak tahan ditinggal 2 orang malaikatnya
Lalu menghadapi aq yang menurut diagnosa dokter mengidap depresi berat.
Papa memilih menyerahkanku pada perawat2 dan guru yang handal,
Menurutnya itu yang terbaik.
Dengan mengurungku hingga sembuh.
Entah apa yang ia sebut sembuh.
Sekarang umurku beranjak 18 tahun,
Dan aq dikurung kurang lebih 7 tahun kebelakang . . .
BOSAN !
Selain makan dan belajar
Aq masih harus menjalani tes kejiwaan juga obat2 penenang itu.
Kata suster,
Itu untuk kesembuhanku.
Padahal menurutku itu salah.
Itu adalah gerbang kesakitanku.

Tiap pagi aq lihat pepohonan yang hijau dibalik taman bunga kecil pekarangan belakang.
Itupun lewat jendela besar kamarku
Kubuka celah kecil jendela agar udara segar bisa masuk tiap paginya
Wangi tanah bekas hujan semalam adalah wangi favoritku.
Tepat pukul 8 setelah sarapan pagi,
Obat2 itu harus kutelan
Aq tau setelah menelan mereka,
Otot2ku akan sangat rileks
Bahkan saking rileksnya aq tanpa sadar akan tertidur pulas . . .
Tapi pagi ini aq ingin mencoba tetap sadar,
Obat dari suster itu aq minum, aq telan depan meja rias antik pemberian mama semasih hidup dulu.
Dengan gaun tidur berwarna putih tulang yang kini agak krem tanpa motif yang masih melekat di tubuhku,
Aq melawan rasa tenang ini. . .
Sembari melihat refleksiku depan cermin itu
Aq menyambar semua yg dapat tanganku jangkau . . .
Barang2 itu berjatuhan,
Mataku makin berat,
Tanganku kesemutan
Kakiku mulai dingin. . .
Aq mual.
Ah! KEPALAKU !
"Aq kalah!", pikirku sebelum mata ini benar2 menutup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar